Marwan menyarankan, kehidupan perkoperasian Indonesia mesti dipetakan ulang melalui pendekatan SWOT alias apa saja modal kekuatan, kelemahan, tantangan terbesarnya. Koperasi harus memiliki kiat jitu yang nyata dan terukur untuk menyehatkan dan memajukan secara kelembagaan.
Dia meyakini, dengan potensi sumber daya alam, pangan dan energi yang dimiliki Indonesia akan sangat cocok dan tepat dikelola melalui prinsip-prinsip perkoperasian. Contohnya saja di sektor perkebunan. Para pekebun kelapa sawit yang berhimpun di koperasi di Sumatera umumnya dapat hidup sejahtera. Juga para petani tanaman hortikultura di Ciwidey, Jawa Barat maupun para peternak sapi perah di Bandung Utara dan Selatan yang disiplin berkoperasi juga memiliki nilai keekonomian yang baik.
Hal yang sama sudah lama dilakukan oleh Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur seperti memasok sayur-sayuran ke supermarket dari produksi agribisnis koperasi pesantrennya. Di sisi lain, dia sangat prihatin banyaknya lembaga berkedok koperasi dan biasanya koperasi simpan pinjam yang mengimingi bunga tinggi, kemudahan transaksi dan meminta uang muka simpanan.
Tapi begitu terbongkar kedoknya, mereka lari dari tanggung jawab, seperti pernah terjadi pada Koperasi Cipaganti, Bandung, ratusan pinjaman via online serta koperasi karyawan di PT Hanson International Tbk yang terkait kasus investasi di Jiwasraya.