Habibullah menambahkan sebanyak 24 provinsi mengalami inflasi, sementara 14 provinsi lainnya mencatat deflasi. Secara nasional, inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Riau, sedangkan deflasi terdalam tercatat di Papua Selatan.
Riau mencatat inflasi tertinggi sebesar 1,11 persen, disusul Bengkulu 0,97 persen, Papua Barat 0,97 persen, serta Sumatera Barat 0,85 persen. Inflasi di provinsi-provinsi tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan bergejolak.
Di sisi lain, Papua Selatan mengalami deflasi terdalam yakni minus 1,08 persen, diikuti Papua Pegunungan minus 0,75 persen, Papua minus 0,43 persen, dan Maluku minus 0,29 persen.
Sementara itu, inflasi tahunan September 2025 tercatat sebesar 2,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar dalam inflasi tahunan ini dari sisi harga makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 5,01 persen dan memberikan andil inflasi 1,43 persen.
Lalu, kelompok pengeluaran untuk perawatan pribadi, dan jasa lainnya mengalami kenaikan 9,59 persen secara tahunan, dan memberikan andil inflasi sebesar 0,62 persen.
"Inflasi tahunan September 2025 lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan September 2024," pungkas Habibullah.