"Tidak dibatalkan, karena konsumsi listrik, pertumbuhan listrik tahun lalu 7 persen. Triwulan II itu 4,7 persen. Tahun ini estimasi bisa maksimum sekitar 6 persen sedangkan target APBN 8 persen. Makanya digeser banyak proyek," kata dia.
Ia melanjutkan, dengan adanya penundaan ini tentu tekanan untuk pengadaan barang impor dapat berkurang. Pasalnya, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di bidang kelistrikan mencapai 20-30 persen bahkan ada yang mencapai 60 persen, angka ini cukup besar untuk kurangi tekanan impor.
"Dengan pergeseran ini tentu tekanan untuk pengadaan barang impor berkurang. Total investasi yang digeser 24-25 miliar dolar AS," ucapnya.
Sementara pembangkit listrik yang ditunda ini bisa mengurangi beban impor sekitar 8-10 miliar dolar AS.
"Namun apa yang kita lalukan ini tidak mengurangi target pemerintah kerja target rasio elektrifikasi 99 persen di tahun 2019. Jadi rasio elektrifikasi tetap. Hari ini itu sudah 97,14 persen, mungkin akhir tahun bisa 97,5 pasti tercapai," tuturnya.