Di sisi lain, neraca perdagangan pada bulan Oktober mencatatkan peningkatan surplus menjadi 3,48 miliar dolar AS didukung oleh penurunan ekspor dan impor yang tidak terlalu parah dibandingkan bulan sebelumnya.
"Selain itu, Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah BI mengambil keputusan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan Oktober 2023 dan the Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunganya," ujar Riefky.
Mata uang lainnya, seperti Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Lira Turki mengindikasikan depresiasi sepanjang tahun ini, berkisar antara 0,7 persen (Rupee India) hingga 100,3 persen(Peso Argentina).
Untuk menjaga kestabilan Rupiah dan memfasilitasi pembayaran utang luar negeri pemerintah, cadangan devisa Indonesia turun sebesar 1,8 miliar dolar AS dari 134,9 miliar dolar AS pada akhir September 2023 menjadi 133,1 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2023.
"Meski menurun, saat ini posisi cadangan devisa tersebut setara dengan membiayai 6,1 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar tiga bulan impor," tutur Riefky.
Dia mengatakan, The Fed kemungkinan akan mempertahankan tingkat suku bunga kebijakannya saat pertemuan FOMC di bulan Desember 2023.
"Meskipun tekanan terhadap Rupiah akibat ketidakpastian pasar global masih ada, kombinasi keempat faktor ini mengarahkan agar BI mempertahankan suku bunga pada 6,00% bulan ini," ungkap Riefky.