Panji menilai, kondisi ekonomi global yang tidak kondusif membuat negara-negara emerging market tertekan. Kondisi tersebut belum akan berakhir mengingat pertumbuhan ekonomi global pada 2019 dan 2020 akan lebih lambat dibandingkan tahun 2017 dan 2018.
"IMF misalnya, memperkirakan pertumbuhan tahun 2019 sebesar 3,2 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 3,6 persen," ucapnya.
Dia berpendapat, perlambatan ekonomi global ini dipercepat dengan situasi perang dagang antara AS dan China yang penuh ketidakpastian. Situasi ini membuat harga-harga komoditas turun, sehingga berdampak pada turunnya kinerja ekspor negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
Harga CPO misalnya terus turun ke level 500 dolar AS per metrik ton. Padahal pada 2017 masih berada di kisaran 648 dolar AS per metrik ton. Harga batu bara juga turun ke level 65 dolar AS per ton sementara pada 2017 berada di atas 100 dolar AS per ton.