Menurutnya, aktivitas global lemah berdasarkan standar historis dan prospek pertumbuhan telah melambat sejak krisis keuangan global pada 2008-2009. Kerugian produksi global sejak dimulainya pandemi Covid-19 pada 2020 adalah sebesar 3,3 triliun dolar AS. Kerugian ini secara tidak proporsional menimpa negara-negara yang paling rentan.
Georgieva menyebut, AS telah mengalami pemulihan terkuat di antara negara-negara maju, yang dibantu oleh meningkatnya pertumbuhan produktivitas. Aktivitas kawasan Eropa pulih secara bertahap, mengingat dampak yang masih ada dari tingginya harga energi dan lemahnya pertumbuhan produktivitas.
Di antara negara-negara emerging market, negara-negara seperti Indonesia dan India memiliki kondisi yang lebih baik, namun negara-negara berpendapatan rendah mengalami dampak buruk yang paling parah.
Mengingat perlambatan pertumbuhan produktivitas yang signifikan dan meluas, proyeksi pertumbuhan global IMF dalam lima tahun hanya berada di atas 3 persen, jauh di bawah rata-rata historis sebesar 3,8 persen.
Dia mengatakan reformasi mendasar, seperti memperkuat tata kelola, memotong birokrasi, meningkatkan partisipasi pasar tenaga kerja perempuan dan meningkatkan akses terhadap modal dapat meningkatkan output sebesar 8 persen dalam empat tahun.
Adapun hal ini dapat dicapai melalui kebijakan yang mendorong transformasi ekonomi, mempercepat transisi hijau dan digital, yang dapat menawarkan peluang besar bagi investasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan, katanya.
"Kecerdasan buatan menawarkan potensi manfaat yang besar namun juga risiko, dengan studi IMF baru-baru ini menunjukkan bahwa AI dapat memengaruhi hingga 40 persen pekerjaan di seluruh dunia dan 60 persen di negara maju," tuturnya.