Dia menambahkan, kondisi keuangan global dapat memburuk dan dolar menguat lebih lanjut jika gejolak di pasar keuangan meletus. Dia juga mencatat bahwa hal ini akan menambah secara signifikan tekanan inflasi dan kerentanan keuangan di seluruh dunia, terutama di negara emerging markets dan negara berkembang.
"Inflasi bisa, sekali lagi, terbukti lebih persisten, terutama jika pasar tenaga kerja tetap sangat ketat," kata Gourinchas.
IMF berpendapat bahwa pengetatan moneter yang ketat dan agresif adalah penting untuk menghindari de-anchoring inflasi.
"Kredibilitas bank sentral yang diperoleh dengan susah payah dapat dirusak jika mereka salah menilai lagi kegigihan inflasi yang membandel. Ini akan terbukti jauh lebih merusak stabilitas ekonomi makro di masa depan," ucap Gourinchas.
Kepala ekonom IMF mencatat kebijakan fiskal seharusnya tidak bekerja dengan tujuan yang bersilangan dengan upaya otoritas moneter untuk menurunkan inflasi. "Melakukan hal itu hanya akan memperpanjang inflasi dan dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan yang serius, seperti yang diilustrasikan oleh peristiwa baru-baru ini," tuturnya.
Dalam laporan terbaru, IMF juga menyoroti bahwa krisis energi dan pangan, ditambah dengan suhu musim panas yang ekstrem, adalah pengingat yang nyata tentang seperti apa transisi iklim yang tidak terkendali.
"Ada beberapa biaya melakukan transisi iklim di sisi ekonomi makro, biaya ini sangat, sangat moderat dibandingkan dengan biaya tidak melakukan transisi iklim," ujarnya.