Rizal menilai, pelaku usaha dan konsumen tak merespons penurunan suku bunga acuan, sehingga mereka tidak tertarik mengambil kredit baru dari perbankan. Dia menduga hal ini terjadi karena daya beli yang lemah.
Konsumsi rumah tangga pada tahun lalu memang tercatat minus 2,63 persen, sehingga menyumbang -1,43 persen terhadap pertumbuhan PDB.
"Suku bunga kredit konsumsi juga diturunkan ditambah juga insentif untuk dorong supply-demand driven, dengan berbagai insentif bansos untuk dorong demand driven malah negatif juga. Ini tentu permasalahannya ada di daya beli, ditambah dengan Covid-19 yang semakin berkecamuk," ujar Rizal.