BEIJING, iNews.id - Indeks harga konsumen (CPI) China turun tajam dalam lebih dari 14 tahun pada Januari 2024. Sementara, harga produsen juga turun dan meningkatkan tekanan pada pembuat kebijakan untuk berbuat lebih banyak guna menghidupkan kembali perekonomian yang rendah kepercayaannya dan menghadapi risiko deflasi.
Mengutip Reuters, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini telah berkutat dengan perlambatan harga sejak awal tahun lalu. Hal ini memaksa para pembuat kebijakan untuk memotong suku bunga guna memacu pertumbuhan bahkan ketika banyak negara maju fokus untuk mengendalikan inflasi yang sangat tinggi.
CPI turun 0,8 persen pada bulan Januari dari tahun sebelumnya, setelah penurunan 0,3 persen pada bulan Desember, menurut data Biro Statistik Nasional (NBS). CPI naik 0,3 persen bulan ke bulan dari kenaikan 0,1 persen di bulan sebelumnya.
Penurunan CPI tahunan pada bulan Januari merupakan yang terbesar sejak September 2009, terutama disebabkan oleh penurunan tajam harga pangan. Para analis memperingatkan bahwa dorongan deflasi secara keseluruhan dalam perekonomian berisiko tertanam dalam perilaku konsumen.
“Data CPI menunjukkan China menghadapi tekanan deflasi yang terus-menerus,” ucap Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang dikutip, Sabtu (10/2/2024).
Zhang menyebut, China perlu mengambil tindakan cepat dan agresif untuk menghindari risiko ekspektasi deflasi yang tertanam di kalangan konsumen.
China kesulitan mendapatkan kembali momentum ekonominya sejak berakhirnya pembatasan Covid-19 pada akhir tahun 2022, dan para investor yang gelisah telah membuang saham-saham China di tengah krisis properti yang semakin parah dan risiko utang pemerintah daerah.
Permintaan global juga masih relatif lemah, dengan survei resmi menunjukkan aktivitas di sektor manufaktur China mengalami kontraksi pada bulan Januari.
Saham perusahaan China melemah tak lama setelah data CPI lemah sebelum kembali pulih, dibantu oleh langkah-langkah dukungan cepat baru-baru ini.