Untuk pembangkit panas bumi, diperkirakan ada 0,7 GW kapasitas baru mulai beroperasi pada 2019, menjadikan total global sekitar 13,9 GW. Seperti 2018, Turki dan Indonesia memimpin dengan instalasi baru, diikuti Kenya, bersama-sama ketiga negara mewakili tiga perempat instalasi baru secara global.
Laporan REN21 menunjukkan, keberhasilan energi terbarukan di sektor kelistrikan tidak dibarengi kesuksesan di sektor lain, seperti pemanasan, pendinginan, dan transportasi. Menurut laporan tersebut, hambatannya masih hampir sama dengan 10 tahun lalu.
“Kita harus berhenti memanaskan rumah dan mengendarai mobil kita dengan bahan bakar fosil,” ujar Adib.
Setelah penurunan ekonomi yang luar biasa akibat Covid-19, International Energy Agency (IEA) memperkirakan emisi CO2 terkait energi akan turun hingga 8 persen tahun ini. Tetapi emisi tahun 2019 tetap tertinggi yang pernah ada, dan penurunan akibat pandemi itu hanya sementara. Sementara, untuk memenuhi target Perjanjian Paris membutuhkan penurunan tahunan setidaknya 7,6 persen selama 10 tahun ke depan.
Adib mengatakan, sekalipun kebijakan lockdown berlanjut selama satu dekade, perubahan itu tidak akan cukup. Sistem dan aturan pasar saat ini dibutuhkan komitmen dunia selamanya untuk mendekati sistem tanpa karbon.