Program ini sejalan dengan keterjangkauan biaya produksi di Batam, seperti biaya listrik, gas, dan pelabuhan yang bersaing, UMP dan UMK yang kompetitif.
Selain itu, program tersebut memberikan kemudahan berupa harga sewa lahan dan Self Factory Building (SFB) yang tidak kalah bersaing dengan Pulau Jawa.
Pengembangan kawasan ini diyakini bakal meningkatkan status sebagai hub logistik internasional serta mendukung pengembangan industri, perdagangan, maritim dan pariwisata yang terpadu.
Masing-masing pulau di wilayah ini memiliki ciri khas bisnis masing-masing, tetapi saling terintegrasi dan mendukung untuk meningkatkan daya saing.
Program ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi di wilayah BBK yang mengalami kontraksi 6,66 persen pada triwulan II 2020.
Hingga kini, tercatat 11 perusahaan yang bernegosiasi final dengan nilai investasi yang ditargetkan sekitar 550 juta dolar AS, dan tenaga kerja yang akan diserap mencapai sekitar 1.500 orang.
"Sektor produktif akan semakin didorong bangkit lagi, khususnya pariwisata, perdagangan, dan industri akan jadi pengungkit perekonomian yang saat ini terkontraksi," ujar Airlangga.