JAKARTA, iNews.id - Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Barat membukukan capaian penerimaan bruto sebesar Rp47,25 triliun dan penerimaan neto sebesar Rp42,13 triliun hingga 31 Agustus 2024 atau 63,15 persen dari target APBN sebesar Rp66,72 triliun. Capaian ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu sebesar 6,88 persen.
Realisasi penerimaan pajak secara nasional membukukan penerimaan bruto sebesar Rp1.413,39 triliun dan penerimaan neto sebesar Rp1.196,54 triliun atau 60,16 persen dari target APBN sebesar Rp1.988,87 triliun.
Capaian Kanwil DJP Jakarta Barat hingga Caturwulan II tahun 2024 berdasarkan jenis pajaknya terdiri dari Pajak Penghasilan sebesar Rp19,82 triliun, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah sebesar Rp22,26 triliun, PBB dan BPHTB sebesar negatif Rp191,01 juta, dan Pajak Lainnya sebesar Rp43,86 miliar.
Empat sektor kegiatan usaha di Jakarta Barat yang memberi kontribusi dominan sebesar 76,09 persen terhadap realisasi penerimaan adalah sektor perdagangan sebesar Rp20,85 triliun (49,49 persen), sektor industri pengolahan sebesar Rp6,55 triliun (15,55 persen), sektor pengangkutan dan pergudangan sebesar Rp2,59 triliun (6,17 persen), serta sektor konstruksi sebesar Rp2,05 triliun (4,89 persen).
Dari sisi kepatuhan pelaporan SPT Tahunan, kinerja penerimaan SPT Tahunan Kanwil DJP Jakarta Barat sampai dengan 31 Agustus 2024 telah mencapai 86,39 persen, atau telah menerima 356.423 SPT Tahunan dari target sebanyak 412.582 SPT.
Secara regional di DKI Jakarta, dalam konferensi pers Forum Assets Liabilities Committee (ALCO) Regional DKI Jakarta pada Kamis, 26 September 2024, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi DKI Jakarta Mei Ling menyampaikan perkembangan beberapa indikator ekonomi di provinsi DKI Jakarta.
Kinerja APBN di DKI Jakarta sampai dengan 31 Agustus 2024 masih resilient, ditopang oleh pertumbuhan belanja negara yang masih tumbuh positif. Pendapatan Negara Rp1.137,78 triliun atau sebesar 75,96 persen dari target, dengan pertumbuhan negatif sebesar 4,77 persen (yoy).
"Belanja Negara sebesar Rp1.086,44 triliun, atau sebesar 62,91 persen dari pagu, pertumbuhan sebesar 16,39 persen (yoy). Surplus APBN sebesar Rp51,34 triliun atau terkonstraksi sebesar 80,36 persen (yoy)," ucap Mei.