JAKARTA, iNews.id - Kenaikan tarif tiket pesawat dan akan diberlakukannya bagasi berbayar dikhawatirkan menurunkan kinerja pariwisata Indonesia. Padahal, pemerintah berupaya untuk menggenjot sektor pariwisata dengan membangun berbagai infrastruktur beberapa tahun belakangan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, hal tersebut akan berdampak signifikan pada tingkat okupansi hotel bintang satu. Pasalnya, yang terdampak adalah wisatawan kelas menengah ke bawah.
Menurut dia, pada Desember 2018 saja tingkat okupansi hotel bintang satu hanya 44 persen. Padahal, rentang waktu tersebut baru ada kenaikan harga tiket pesawat di mana hal tersebut wajar terjadi mengingat masa libur Natal dan Tahun Baru.
"Kita akan lihat di Februari dan Maret setelah rilis BPS kemungkinan besar akan ada penurunan occupancy rate. Karena, di kelas ini (menengah ke bawah) yang paling terkena," ujarnya dalam sebuah diskusi di Gado-Gado Boplo Cikini, Jakarta, Sabtu (9/2/2019).
Secara lanjut, kedua hal tersebut akan menyebabkan inflasi nasional di mana setiap tahunnya angkutan udara selalu berkontribusi pada tingkat inflasi. Dengan demikian, dengan adanya sedikit saja perubahan harga tiket dan bagasi akan sangat berdampak pada konsumen.