Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, kepanikan di pasar keuangan terjadi secara global. Hal ini terlihat dari CBOE Volality Index yang mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah. Akibatnya, investor asing ikut menarik modalnya dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
Derasnya capital outflow, kata Sri Mulyani, membuat nilai tukar rupiah sangat bergejolak. Pada Februari 2020, kurs rupiah masih berada di kisaran Rp14.318 per dolar AS.
"Namun memasuki pekan kedua Maret terjadi pelemahan ke Rp14.778 per dolar AS, dan berlanjut ke level terendah pada 23 Maret ke Rp16.575 per dolar AS," kata dia.