Menurut dia, hal ini juga dipengaruhi oleh ketidakpastian global di mana suku bunga Amerika Serikat (Fed Funds Rate) masih mengalami tren kenaikan serta terjadinya perang dagang antara AS dan China. Bank Indonesia (BI) juga merespons kenaikan tersebut dengan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 150 bps.
"Jadi sinyal bahwa tren suku bunga meningkat masih akan berlanjut stance global dan domestik tightening bias," ucapnya.
Bahkan pada tahun depan, ia memprediksi posisi LDR masih akan di level 93-94 persen jika kondisi global masih belum normal. Dengan demikian, pertumbuhan kredit perbankan dan DPK masih stagnan di kisaran 11,5 persen dan 9 persen.
"Kalau kami mencoba simulasikan maka angka LDR masih 93-94 persen dan angka tidak terlalu berubah banyak karena kita tidak melihat pelompatan lebih tinggi dari kredit," tuturnya.
Oleh karenanya, dengan kondisi LDR perbankan yang terus mengalami peningkatan turut mendorong risiko pengetatan likuiditas. Hal ini terjadi seiring dengan tren kenaikan suku bunga simpanan dan membaiknya penyaluran kredit.