Untuk terminal, dia menyebut, kerusakannya cukup berat, seperti plafon yang runtuh dan kaca yang pecah. Perbaikan terminal sendiri ditargetkan bisa rampung dalam waktu tiga sampai empat bulan dengan kebutuhan dana sekitar Rp20 miliar. “Nanti ada konstruksi berkaitan dengan terminal, mungkin (butuh dana) sekitar Rp10-20 miliar," kata Budi Karya.
Sementara itu, Direktur Bandar Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhu Polana Banguningsih Pramesti menjelaskan, kondisi terminal Bandara Mutiara memang mengalami kerusakan cukup parah akibat adanya pergerakan tanah.
"Sedangkan terminal ada kerusakan cukup signifikan karena ada pergerakan tanah. Saat ini kami akan dibantu oleh Dirjen Cipta Karya untuk melakukan assesmen bangunan. Ini mungkin yang akan memakan waktu lama tiga sampai empat bulan mudah-mudahan bisa segera diselesaikan," ucapnya.
Namun, untuk saat ini pelayanan operasional tetap dapat dilaksanakan dengan menggunakan fasilitas sementara yang dianggap aman. Pasalnya, pelayanan seperti reject in, ruang tempuh, sampai kedatangan pun bisa tetap dilaksanakan meski sifatnya temporer.
"Kami juga akan melakukan rekonstruksi membangun tower baru. Dan sementara dalam masa pembangunan, akan ada perubahan tower untuk melayani navigasi penerbangan," ujarnya.