Meski tak capai target, pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu saat ekonomi tumbuh 5,07 persen. Menkeu optimistis laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih bisa dijaga di atas 5 persen.
"Karena inflasinya cukup bagus, impor sangat besar walaupun kita lihat angkanya Agustus kemarin juga masih tinggi," ucapnya.
Risiko, kata Menkeu, justru datang dari investasi. Melemahnya kurs rupiah yang mendorong Bank Indonesia menaikkan suku bunga membuat pelaku usaha mengerem untuk menarik kredit modal kerja.
Namun, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu berharap investasi masih tetap tumbuh pada kisaran 6-7 persen. Melemahnya investasi itu juga terkait dengan impor yang berkurang akibatnya kenaikan dolar AS dan intervensi pemerintah lewat pajak impor.
"Dengan depresiasi rupiah yang sekarang di Rp14.800, maka dampaknya adalah impor semakin melemah di kuartal III, dan kami perkirakan growth-nya turun menjadi sekitar 8 persen," ucapnya.
Namun, perempuan kelahiran Bandar Lampung itu melihat peluang dari melemahnya kurs rupiah yaitu ekspor.
"Dengan adanya kurs dolar AS yang makin mahal, insentif untuk ekspor menjadi lebih tinggi sehingga kami menganggap bahwa ekspor di kuartal IV akan meningkat lagi ke 8 persen," ucapnya.