Retno mengusulkan pentingnya basis data (database) lengkap mengenai diaspora yang ada di berbagai negara. Dengan begitu, pemerintah bisa menghubungi WNI yang bekerja di luar negeri saat dibutuhkan negara.
"Contohnya pada saat kita perlu seorang atau dua orang ahli pertanian yang dapat tanam padi dengan yield lebih tinggi. Dengan data ini kita bisa kemana hubungi teman-teman kita minta saran dan konsultasi," kata dia.
Kolaborasi itu, ujar Retno, tidak hanya sebatas konsultasi, melainkan juga bisa ikut mengembangkan pendidikan vokasi di Indonesia. Saat ini, pemerintah tengah berupaya meningkatkan kualitas tenaga kerja lewat program vokasi. Dengan begitu, pemerintah tidak perlu lagi banyak berkolaborasi dengan negara lain.
"Di masa lalu kita sering collab dengan negara lain untuk melatih beberapa skill mereka ahli-ahli yang pensiun ke Indonesia bantu mengembangkan skill di Indonesia. Kalau data sudah ada lebih baik para ahlitersebut berasal dari diaspora Indonesia," tutur dia.
Selain SDM, pemerintah juga berharap diaspora dapat membantu ekonomi Indonesia dengan mengundang investasi di negara tempat tinggalnya.
"Kita harap diaspora dapat membantu kita misi kita bagi yang telah tinggal lama di luar negeri untuk meningkatkan ekspor, mendatangkan investasi, dan berinvestasi juga di sini," ujarnya.