Dia mencontohkan negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) yang telah memutuskan Inflation Reduction Act dan di Eropa ada Carbon Border Adjustment Policy. Ini tentunya akan memberikan tekanan tambahan terhadap negara yang mengekspor ke negara-negara tersebut, dan juga mempengaruhi arus investasi.
"IMF misalnya sudah mengumumkan bahwa ekonomi global akan mengalami perlambatan, dengan pertumbuhan yang diproyeksikan lebih rendah, hanya 2,6 persen di 2023, dan untuk tahun depan sedikit meningkat di 3,0 persen," ucap Sri Mulyani.
Dalam dua tahun terakhir, pulihnya penerimaan Indonesia menunjukkan performa yang menakjubkan. "Ini juga didukung oleh aktivitas ekonomi yang lebih kuat, harga komoditas yang tinggi, dan juga meningkatnya penerimaan dari reformasi pajak," katanya.