"Krisis yang akan terjadi dikemudian hari tidak hanya terjadi di negara maju atau berkembang, namun dengan skala global yang bahayanya tidak bisa dicerna sekarang," katanya.
Menimbang ini, lanjut dia, ada kebutuhan mendesak bagi negara-negara agar semakin beradaptasi dan bersiap sedia sebab tidak ada yang bisa lepas dari gejolak pasar berikutnya.
Mark percaya pemulihan ekonomi akan berbentuk V (V-Shaped). Meskipun terdapat volatilitas lebih tinggi, pasar berkembang sudah bangkit kembali, bahkan telah melebihi Pasar di AS atau di Eropa.
"Minat investor global sendiri terhadap Indonesia saat ini dianalogikan seperti di abad 16-an di mana berbagai ekspedisi berburu ‘The Spice Islands’ karena kekayaan rempah Indonesia yang cukup langka di saat ratusan tahun silam," kata Mark.
Mark memberikan tips untuk Indonesia agar bisa lebih giat lagi dalam meningkatkan ‘Ease of Doing Business’ indeks Bank Dunia. Indonesia akan bisa lebih menarik arus investasi dan diversifikasi rantai pasok yang akan terus berlangsung di Asia Tenggara, di mana tren ini akan terakselerasi pasca Covid-19.
Adapun forum ini, dihadiri berbagai pejabat senior dari Kemenlu, KBRI, KJRI di berbagai belahan dunia yang telah banyak mendukung inisiatif-inisiatif global yang dilaksanakan oleh GIPA.
“GIPA sebelumnya pernah menggandeng World Economic Forum, Bloomberg, Kemenkeu dan berbagai mitra strategis lain dalam membawa perspektif dari pemimpin dunia di luar negeri maupun di tanah air,” ujar Hilmi Kartasasmita, Head of Indonesia GIPA.