JAKARTA, iNews.id - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) telah mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan impor gula konsumsi kristal putih sebesar 200.000 ton. Impor dibutuhkan untuk menstabilkan harga gula di pasaran.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan, harga rata-rata gula pasir mencapai Rp14.750 per kilogram (kg) atau lebih tinggi dibanding harga acuan di tingkat konsumen Rp12.500 per kg. Sementara panen raya tebu baru berlangsung setelah Lebaran.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menunggu pemerintah yang tak kunjung memberikan keputusan terkait impor gula. Sementara itu, perizinan impor dipegang oleh Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.
"Sampai saat ini belum ada keputusan. Itu yang menentukan kan Menteri Perdagangan. Ya sudah enggak usah ditanyakan keputusannya. Itu kan tidak ada keputusannya," ujar Buwas, sapaan akrab Budi Waseso di Gudang Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/02/2020).
Mantan Kepala BNN tersebut menambahkan, saat ini pasokan gula telah terhenti, sehingga membuat harga gula di pasaran naik. "Terhenti itu kan dari sebab-akibat, karena kekurangan. Termasuk tidak adanya tambahan impor, kan harusnya kita hitung memang kebutuhan. Impor tidak berdasarkan kuota, tapi kebutuhan," ucap Buwas.
Pensiunan Komisaris Jenderal Polri ini menyebutkan, dengan menugaskan impor gula kepada Bulog, maka stabilisasi harga dapat dilakukan dengan efektif. "Bulog ini kan tidak impor secara umum. Kita impornya diawasi, diaudit oleh BPK, bukan seperti swasta, karena kita penugasan. Berarti harganya sudah dipatok sekian, jualnya sekian, kualitasnya harus sekian. Itu, jadi beda. Maka bulog tidak bisa disamakan dengan swasta. Kalau swasta begitu dapat berita impor ya impor, ya suka-suka dia saja," kata dia.