Oleh karena itu, Sri Mulyani menilai hal tersebut baik bagi Indonesia karena menahan Indonesia dalam posisi yang relatif aman dan cukup stabil kuat atau strategi positioning dengan menurunkan pembiayaan utang dan penurunan issuance utang.
Dia mencatat, hingga semester I-2023, pembiayaan utang mengalami penurunan 15,4 persen atau dalam hal ini, pihaknya hanya melakukan issuance atau penerbitan Rp157,9 triliun untuk SBN netto.
"Angka ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang Rp182,6 triliun," ucap Sri.
Dia mengatakan, jumlah defisit dan keseimbangan yang surplus memberikan kontribusi bagi pihaknya untuk menurunkan penerbitan SBN.
"Kita lihat surplus tahun ini mencapai Rp152,3 triliun, lebih tinggi lagi dibandingkan tahun lalu yang juga sudah membukukan surplus pada semester I. Jadi ini menggambarkan APBN konsolidasi dan kesehatannya mengalami tren yang sangat baik," katanya.