Menurutnya, inilah yang menyebabkan inflasi global melonjak sangat tinggi dan menimbulkan respons kebijakan dalam bentuk likuiditas yang ketat dan suku bunga dinaikkan. Selain itu, keputusan terutama di negara maju karena inflasinya yang tertinggi, terutama Amerika Serikat dan Eropa yang memecahkan rekor 40 tahun terakhir, dengan inflasi yang sangat tinggi.
"Ini yang menyebabkan gejolak di sektor keuangan. Capital outflow terjadi, pelemahan nilai tukar terjadi dan ini kemudian menyebabkan cost of fund atau cost of borrowing atau lonjakan biaya utang di semua negara di dunia. Inilah yang kemudian memunculkan potensi krisis utang global yang kemudian PBB membentuk Global Crisis Response dimana bapak Presiden menjadi anggotanya," kata dia.
Di sisi lain, inflasi yang tidak menurun secara cepat namun respons kebijakan dari sisi likuiditas dan suku bunga maupun mengerem dari sisi fiskal bisa menyebabkan pemulihan ekonomi menjadi melemah.
"Sehingga potensi terjadinya stagflasi yaitu inflasi dengan kombinasi resesi menjadi salah satu yang menciptakan tantangan yang rumit pada tahun ini maupun tahun depan," ucapnya.