Dia menuturkan, satu hal yang sangat berbeda antara Trump dan Biden terkait isu perubahan iklim. Adapun Trump lebih komitmen untuk penurunan CO2 terutama dari energi, yang berbeda atau tidak mengikuti seperti kebijakan Biden.
"Ini tentu akan memberikan dampak baik terhadap harga minyak dunia maupun terhadap trend ke depan dari isu-isu yang terkait dengan climate change maupun energi," ucapnya.
Dia juga menyoroti perkembangan yield surat berharga negara (SBN) Indonesia dimana hingga Oktober, yield obligasi 10 tahun Indonesia mengalami penurunan yang signifikan.
Namun, pada minggu terakhir terjadi peningkatan yang sedikit, di mana yield mencapai 6,76 persen. Hal ini dibandingkan dengan US Treasury 10 tahun yang mengalami tekanan naik hingga 4,4 persen. Spread antara obligasi 10 tahun kita dengan US Treasury masih sangat rendah.
Kemudian mengenai arus modal, Menkeu mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami aliran modal masuk yang signifikan pada bulan Oktober, mencapai Rp14,98 triliun. Namun, akibat sentimen pemilihan presiden AS, terjadi arus keluar sebesar Rp4,12 triliun pada November. Secara year to date, SBN RI menerima inflow sebesar Rp39,4 triliun.
Terakhir, Sri Mulyani menekankan bahwa pemerintah akan terus memantau kondisi perekonomian domestik agar dikelola dengan cermat terutama menjelang akhir tahun.
"Kami berharap perekonomian tetap terjaga dalam posisi yang positif hingga akhir tahun," ujarnya.