TOKYO, iNews.id - Jurang resesi ekonom Jepang kian dalam. Pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada kuartal II-2020 minus 27,8 persen seiring penerapan keadaan darurat (state emergency) akibat Covid-19.
Dikutip dari Nikkei Asian Review, Senin (17/8/2020), Jepang sebenarnya masuk jurang resesi pada awal tahun. Saat itu, ekonomi kuartal I-2020 minus 2,2 persen, setelah pada kuartal sebelumnya negatif 3,8 persen. Minusnya pertumbuhan selama tiga kuartal beruntun baru pertama kalinya terjadi sejak 1955.
Badan Pusat Statistik Jepang menyatakan, pertumbuhan ekonomi Jepang tertekan karena lemahnya daya beli masyarakat dan anjloknya ekspor.
Pemerintah sebelumnya menerapkan keadaan darurat pada April dan Mei 2020. Kebijakan tersebut membuat banyak gerai outlet ditutup. Ekspor Jepang yang banyak ke AS dan Eropa juga tertekan.
Para ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal II minus 26,3 persen. Dengan begitu, realisasinya lebih rendah dari ekspektasi. Pertumbuhan minus tersebut menghapus pertumbuhan yang diraih di bawah program ekonomi Abenomics yang dimulai delapan tahun silam oleh PM Shinzo Abe.