Baginya, ini adalah sebuah kehormatan. Tapi masih terlalu dini untuk terlalu berbangga hati. Perasaannya campur aduk. Sebab, perjalanan film dokumenter untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri pun masih cukup panjang.
Amelia ingin mengirimkan pesan kepada penonton dan pemangku kepentingan, baik itu pemerintah hingga platform video on demand bahwa anggapan film dokumenter tidak bernilai itu salah besar.
"Amat ironis karena sebetulnya di dunia internasional itu mereka punya industri, para pembuat filmnya juga bisa hidup dengan film dokumenter, tidak dianggap nonprofesional, 'Oh kamu pembuat film dokumenter' seakan-akan itu sampingan, hanya hobi," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Amelia menilai ada beberapa talenta film dokumenter Indonesia yang bisa berkembang dan diterima di kancah mancanegara meski jumlahnya masih terlalu sedikit.
"Masih harus lebih banyak lagi, dukungan dan ekosistem harus lebih terbangun," kata dia.