JAKARTA, iNews.id - Sekira satu bulan, Marlina telah mengisi gedung-gedung bioskop kesayangan Anda. Namun, tak ada kata terlambat untuk mengulas film yang mendapat rating lumayan bagus di Internet Movie Database (IMDb), yakni 7,4/10.
Tak hanya rating bagus, film garapan sutradara Indonesia, Mouly Surya ini juga mendapat sejumlah penghargaan film lokal hingga internasional. Di antaranya Five Flavours Film Festival, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Sitges - Catalonian International Film Festival, dan Tokyo FILMeX.
Dengan demikian, tulisan ini tak hendak memuat pujian untuk film ini lagi, karena sudah banyak yang melakukannya. Lebih baik, kita mengenang sosok Marlina, si pembunuh dalam empat babak. Marlina, seorang janda Sumba, yang diperankan oleh aktris kelahiran Jakarta, Marsha Timothy.
Seperti dikatakan tadi, Marlina adalah nama wanita yang tinggal di sebuah pedalaman Sumba. Tinggal berdua dengan almarhum suaminya di sebuah gubuk tua yang ringkih di tengah perbukitan. Di hamparan pemandangan bukit-bukit Sumba.
Rambut hitam kemerahannya kerap digelung. Kemudian, sorot matanya nyalang, tajam, dan dingin, menggigilkan nuansa rumah kayu Marlina yang hangat, dengan seonggok mayat pria yang diduduki di sudut rumah. Ya, itu adalah suami Marlina yang sudah meninggal.
Sampai suatu ketika seorang pria bernama Markus datang tak diundang. Dia adalah kepala perampok yang datang ingin merampok ternak milik janda malang itu. Tak hanya menggasak harta, Markus yang diperankan oleh Egy Fedly itu juga ingin memperkosa Marlina bersama kawan-kawan perampok lainnya.
Ketegangan telah terasa di menit-menit awal film ini. Meski ketegangan itu kerap diredam oleh panorama Sumba yang membentang sepanjang layar. Hamparan rumput, bukit-bukit, pohon yang sendiri, langit biru Sumba, dan angin yang menambah durasi kesenyapan di film ini.
Penonton dibawanya tegang, kemudian terhenyak oleh pemandangan Sumba, tegang lagi, dan terhenyak lagi. Alur cerita tentang wanita dan panorama Sumba yang menawan, disunting dan disinematografi dengan apik oleh Kelvin Nugroho selaku film editor dan Yunus Pasolang sebagai sinematografi.
Selanjutnya bisa ditebak, para perampok datang menyerbu rumah Marlina. Kemudian sebagian besar dari mereka mati tergeletak karena sup ayam buatan Marlina. Tetapi, cara mati sang kepala geng perampok berbeda. Markus mati di atas pertempuran di atas ranjang dengan Marlina. Kepalanya jatuh dipenggal. Oleh siapa lagi jika bukan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak.
Pembunuhan tak terduga itu lantas menghantui Marlina sepanjang waktu. Di sini, ada kesan horor dalam film yang muncul ketika penampakan Markus tanpa kepala muncul di layar dengan memainkan ukulele. Lagi-lagi dengan efek film yang sangat halus.
Tak hanya kesan horor dan tegang yang muncul dalam Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Anda akan dibuat tertawa di tengah ketegangan karena ulah dan dialog Novi, kawan Marlina yang mencuri perhatian dan diperankan oleh Dea Panendra. Dialog berbahasa Sumba tersebut ditulis oleh Rama Adi, Garin Nugroho, dan Mouly Surya.
Sederhananya, mengenang Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, bukan cuma mengingat potret Sumba yang indahnya bukan kepalang, juga masih polos. Tetapi, mengenang Marlina juga mengingat nasib-nasib perempuan di luar sana, yang haknya diambil, tubuhnya dikuasai, dan tak sanggup mengucurkan dendamnya seperti Marlina.