JAKARTA, iNews.id – Dikenal bisa meramal nasib, kartu Tarot banyak digemari masyarakat Indonesia. Meski demikian, beberapa orang skeptis akan kebenaran dari ramalan kartu Tarot, bahkan menentangnya karena dinilai membahayakan kepercayaan seseorang.
Dalam original series Vision+ yang berjudul Katanya, Ben Sihombing sebagai host mencari tahu lebih lanjut mengenai kartu Tarot dengan mewawancarai dua narasumber, yaitu Amanda Margareth sebagai Mental Health Advocate dan Ni Luh Raunala Maruti sebagai Tarot Reader & Astrologist. Dari sudut pandang psikologi, Amanda Margareth menjelaskan fenomena kartu Tarot yang dipercaya banyak orang.
“Kondisi sekarang, di tempat kita tinggal, terutama di Indonesia, itu adalah kita terlalu terekspos dengan hal-hal seperti itu. Indonesia itu penuh dengan takhayul, ya kan? Kita suka percaya dengan astrologi, misalnya, kita juga suka pergi ke orang pintar daripada ke profesional atau orang-orang yang ahli di bidangnya,” ujar Amanda Margareth.
Di sisi lain, Ni Luh Raunala Maruti menjelaskan mengenai Tarot dan bagaimana kartu-kartu tersebut dibaca untuk menginterpretasi energi dan nasib seseorang.
“Dia dari Eropa, sekitar awal 1900, kalau mau mencari jejak awalnya Tarot. Sebenarnya, tanpa kita sadari, kita nggak aware kalau Tarot itu ada di kultur-kultur kita, atau kultur-kultur lainnya juga, yang lebih kuno,” jelas Ni Luh Raunala Maruti.