Kemudian, telur menetas di usus, menghasilkan larva. Larva menembus dinding usus, masuk ke sirkulasi darah atau limfa, dan bisa ke paru-paru dalam 1-2 minggu.
"Di paru-paru, larva dapat menyebabkan gejala pernapasan, kemudian naik ke tenggorokan dan tertelan kembali," ungkap Cleveland Clinic.
Larva kembali ke usus kecil dan berkembang menjadi cacing dewasa yang bisa bertahan hidup hingga 1-2 tahun. Cacing betina menghasilkan hingga lebih kurang 200.000 telur per hari yang dikeluarkan lewat feses.
"Siklus ini bisa berlangsung 2-3 bulan dari telur sampai cacing dewasa," ungkap NCBI.
Sebagian besar infeksi askariasis ringan atau ringan tanpa gejala apa pun. Tapi, jika banyak cacing atau jumlah infeksi besar, gejala yang muncul:
Fase paru (migrasi larva):
- Batuk
- Mengi
- Sesak napas
- Demam
- Batuk berdarah (hemoptisis)
- Dapat terjadi sindrom Loeffler (pneumonia eosinofilik)
Fase gastrointestinal (cacing dewasa):
- Nyeri perut
- Mual
- Muntah
- Diare atau konstipasi
- Kehilangan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Kelelahan
- Terkadang cacing terlihat di feses atau muntahan