“Kanker itu tidak bisa diturunkan dengan alat-alat kedokteran yang mahal-mahal, radiologi, dan PET scan, tapi dengan edukasi,” kata Prof Aru.
“Kami maju bukan hanya maju karena semangat expertise maupun kepiawaian anak-anak muda saja. Tapi wisdom dan experience dari mereka yang udah senior juga perlu, makanya harus bersama-sama,” katanya.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) itu juga menjelaskan, untuk menurunkan angka kanker, maka pemerintah dan juga yayasan sebaiknya beradaptasi terhadap perkembangan zaman.
Di sisi lain, sosiolog Imam Prasojo juga memiliki pandangan yang sama seperti Prof Aru dalam menelaah lebih dalam terkait dengan peningkatan kasus kanker di Indonesia. Pola masyarakat yang berubah juga menjadi bahan evaluasi seluruh pihak untuk menekan angka kanker. Dia mengamati lebih banyak ibu-ibu yang melek dan menunjukkan perjuangannya terhadap kanker.
Akan tetapi, kaum muda justru cenderung jarang dan masih takut akan stigma negatif yang dimunculkan akibat didiagnosa kanker. Padahal perempuan maupun laki-laki seharusnya sama-sama berpegangan tangan untuk melawan kanker.