JAKARTA, iNews.id - Tingkat stres yang dialami Gen Z ternyata semakin parah sejak Covid-19 terjadi pada 2020 lalu. Isolasi dan karantina yang diberlakukan oleh pemerintah, untuk menekan penyebaran Covid-19, justru membuat Gen Z mudah stres serta khawatir berlebihan.
Hal itu diungkap oleh psikolog dr Indah Sundari S.Psi M.Psi, saat menghadiri sebuah acara di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (18/1/2024) ini. Indah Sundari mengatakan Gen Z sangat mudah menerima informasi dari segala arah berkat teknologi dan digitalisasi.
Masalahnya mereka justru tidak mampu mengolah dan mengendalikan informasi tersebut dengan baik. Isolasi dan karantina yang diberlakukan saat Covid-19 justru membuat mereka jadi semakin sering berkutat dengan perangkat teknologi yang memberikan informasi.
"Informasi terlalu banyak dan tidak selesai diolah dan langsung kepenuhan sendiri. Makanya jadi stres," katanya.
Indah Sundari melanjutkan saat ini memang cukup banyak penyebab stres yang terjadi pada Gen Z. Beberapa di antaranya seperti digitalisasi yang dinilai paling mengkhawatirkan.
Digitalisasi justru membuat Gen Z mudah untuk melakukan media sosial scrolling. Dari situ mereka kerap melakukan perbandingan apa yang dilihat di media sosial dengan yang mereka rasakan sendiri.
"Perbandingan-perbandingan ini yang bisa bikin mereka rentan kondisi stres" katanya.
Dia berharap Gen Z jangan menyepelekan masalah stres yang kemudian bisa jadi depresi. Meski kerap diolok-olok sebagai generasi paling mudah kenal mental issue, Gen Z tetap harus segera menangani masalah tersebut.
Pasalnya jika tidak ditangani akan berbahaya buat fisik dan mental. Menurutnya stres tidak bisa dihilangkan tapi sangat bisa dikelola. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti cukup tidur, self care, sharing dengan orang terdekat, dan melakukan olahrga.
"Bisa juga dengan melakukan hobi yang disukai dan mandi air hangat yang menenangkat. Stres tidak bisa dihilangkan tapi perlu dikelola," ujarnya.