Sebagai informasi, perjalanan obat Ivermectin sebagai terapi kanker potensial dimulai pada 2014, ketika para peneliti Swiss menemukan bahwa obat ini dapat menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru dan usus besar tertentu dalam percobaan laboratorium.
Akan tetapi, penelitian ini dilakukan pada sel yang terisolasi, bukan pada subjek manusia.
Seorang peneliti utama dari City of Hope, dr Peter P Lee, mengatakan, "Ivermectin sendiri bukan obat atau bahkan pengobatan yang efektif untuk kanker payudara, meski ada hasil positif pada penelitian di lab, diperlukan pengujian yang super ketat."
Hal serupa juga terjadi pada obat Fenbendazole yang diklaim memberi efek positif pada kanker pankreas. Studi awal menunjukkan kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan dan metastasis sel kanker.
Menurut Healthline, obat Fenbendazole dapat mencapai hal ini dengan mengganggu pembentukan mikrotubulus dan mengurangi penyerapan glukosa dalam sel kanker.
"Meski begitu, penggunaan obat ini pada manusia masih dalam tahap eksperimental, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya," tambah Healthline.
Dengan kata lain, para ahli sepakat bahwa obat Ivermectin dan Fenbendazole masih jauh dari pengobatan yang mapan untuk kanker. Peran obat tersebut dalam onkologi masih menjadi subjek penelitian yang sedang berlangsung dan diperlukan kehati-hatian dalam menilai obat ini untuk terapi kanker.