“Perempuan yang mengalami kanker payudara, usus dan lain-lain itu perlu melakukan pengobatan seperti radioterapi dan kemoterapi. Pengobatan ini bersifat merusak indung telur dan sel telur, sehingga otomatis menganggu perempuan jika ingin memiliki anak. Jadi, perlu proses pembekuan sel telur,” tutur dr Arie dalam Online Press Conference 22 Tahun Morula Indonesia, Senin (8/6/2020).
Metode egg banking pada pasien kanker, sambung dia, dapat dilakukan sebelum pengobatan radioterapi atau kemoterapi. Kemudian yang kedua adalah indikasi sosial, di mana perempuan yang sehat saat usia produktif ingin mempunyai anak di kemudian hari. Misalnya, perempuan di usian 20-an yang masih ingin mengejar karier, itu dapat melakukan pembekuan dan penyimpanan sel telur.
“Seiring bertambahnya usia, sel telur akan lebih sedikit dan kualitasnya menurun. Oleh sebab itu, dibutuhkan penyimpanan sel telur di usia muda,” katanya. “Disarankan di bawah usia 38 tahun,” ujarnya.
Pembekuan dan penyimpanan sel telur tersebut juga tidak akan mengalami masa kedaluwarsa atau expired. Pemakaian sel telur tersebut dapat dilakukan kapan saja untuk kehamilan di usia berapa pun, tergantung kesiapan pasangan.