Masuk List Kota dengan Tingkat Stres Tertinggi di Dunia, Gen Z di Jakarta Rentan Stres

Aris Kurniawan
Gen Z cenderung rentan terpapar stres, jika tidak dipulihkan dengan cepat dapat berkembang menjadi depresi. (Foto: dok Freepik/wayhomestudio)

JAKARTA, iNews.id - Dalam berbagai penelitian yang dilakukan para ahli, Generasi Z dilaporkan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Banyak faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat stres pada remaja ini seperti karena pekerjaan atau perkuliahan, masalah percintaan atau hubungan dengan keluarga dan teman, persaingan lewat sosial media, serta ketidakmampuan untuk mengelola situasi dan emosi yang dirasakan. 

Terlebih lagi remaja yang tinggal di ibu kota Jakarta yang dinobatkan sebagai salah satu kota dengan tingkat stres tertinggi di dunia. Menempati urutan sembilan, Stressful Cities Index oleh situs Vaay memberikan nilai 41,8 saja. Jakarta memang memiliki masalah pada kemacetan dan tingkat polusi udara yang masih relatif tinggi. Akses kesehatannya pun perlu ditingkatkan kembali.

Dengan berbagai faktor tersebut, memang suatu hal wajar apabila remaja mengalami stres saat mereka mengalami perubahan besar baik secara fisik, mental, maupun hormonalnya, dan di saat yang sama bertemu dengan orang dan lingkungan baru saat beranjak dewasa.

Namun, apabila perubahan perilaku tersebut tidak segera pulih, kondisi tersebut dapat disebut sebagai gangguan stres yang jika tidak ditangani dapat berubah menjadi depresi.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada 2021 didapati temuan bahwa  mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 sampai 24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental. Selain itu, masih dari penelitian yang sama, hampir 96 persen remaja dan dewasa muda di Indonesia mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88 persen di antaranya mengalami gejala depresi.

Nah, agar stres kamu tidak berkembang menjadi depresi, yuk lakukan 7 tips jitu berikut ini : 

1. Kurangi Penggunaan Gawai

Dari riset tim Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia baru-baru ini, diketahui bahwa kecanduan gadget di kalangan remaja dapat mengakibatkan sulit bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain, cenderung menutup diri, dan sulit konsentrasi. 

Komputer, tablet, smartphone, dan perangkat gawai lainnya memang sangat membantu pekerjaan kita. Namun, menggunakannya terlalu sering tidak baik bagi bagi kesehatan fisik dan mental.

Menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar menunjukkan rendahnya kesejahteraan psikologis dan peningkatan tingkat stres pada orang dewasa dan anak-anak. Mengurangi penggunaan gawai adalah langkah jitu yang bisa dilakukan, karena durasi menatap layar terlalu lama berdampak negatif terhadap waktu dan kualitas tidur, sehingga berpeluang meningkatkan stres. 

Maka mengurangi penggunaan gawai dan mengalihkan perhatian dari perangkat tersebut dengan melakukan aktivitas lain akan membantu kamu mengurangi stres.   

Editor : Anindita Trinoviana
Artikel Terkait
Bisnis
44 menit lalu

Layanan Gratis, TASPEN Imbau Masyarakat Abaikan Oknum yang Minta Video Call

Belanja
6 jam lalu

Rekomendasi Sanitary Terbaik 2026: Brand Berkualitas Eropa untuk Smart Toilet dan Shower

Bisnis
1 hari lalu

BNI Pastikan Layanan di Sumatra Kembali Normal Usai Banjir

Bisnis
1 hari lalu

BNI Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumbar, Monitoring Masih Berlanjut

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal