Terapi Hiperbarik Pasien Covid-19
Covid 19 oleh Virus (Sars - Cov 2) yang ditransmisi atau penularannya terutama melalui droplet respirasi, gejalanya dapat dibedakan melalui tanpa gejala, seperti ringan (Tanpa bukti pneumonia), sedang (tidak ada pneumonia berat), berat (Ada pneumonia berat), dan kritis (ARDS, Sepsis, Syok Sepsis dll).
"Berdasarkan hal tersebut, terapi oksigen hiperbarik salah satu cara atau bagian farmakologis, yaitu pemberian Instalasi oksigen dengan konsentrasi 100 persen pada tekanan lebih dari 1 atmosfer absolut (1.5 - 3.0 ATA)," kata dokter spesialis dalam Siloam Hospitals Manado, dr Christian Kawengian Sp.PD.
Dokter Christian menjelaskan, berdasarkan study case series yang dilakukan, terapi oksigen hiperbarik pada pasien terpapar Covid-19 mampu menghasilkan hal seperti peningkatan oksigenasi jaringan, antiinflamasi, modulasi stem cell, efek antiplatelet/ antitrombotik, dan penurunan jumlah virus akibat ROS.
"Sementara, selama terapi tersebut yang dipantau adalah EKG, Okumetriz, temperatur, tekanan darah, POZ, tekanan Cuff ETT dan tentunya AED dan paddle atau efek terbakar," tuturnya.
Dokter spesialis penyakit dalam Siloam Hospital Manado ini pun menyampaikan akan adanya efek samping yang harus diperhatikan dalam tata kelolanya, yaitu pulmonar (Iritasi takeobronkial), dan neurologis (gangguan visual, telinga berdenging, pusing, disorientasi, kejang, hingga menjaga agar pasien tidak mengalami penurunan kesadaran).