Secara umum, vaksin Herpes Zoster bisa dilakukan pada mereka yang sehat, serta pada orang dengan kondisi apa pun, terutama mereka yang berusia di atas 50 tahun apalagi yang memiliki komorbid dan immunocompromised.
Vaksin generasi terdahulu menggunakan vaksin hidup, dan diberikan satu kali. Namun, pada vaksin generasi baru, merupakan recombinant zoster vaccine, menggunakan spike dari virus itu.
"Jadi hanya pucuknya saja diambil dan dibuat jadi vaksin, lalu ditambah zat adjuvant yang akan meningkatkan respon imun," jelas dr Joyce.
Penambahan zat adjuvant juga memperkuat vaksin, sehingga perlindungan vaksin bisa bertahan lebih lama. Sejauh ini, menurut penelitian, vaksin bisa melindungi pasien hingga 11 tahun.
"Penelitiannya masih terus berlanjut. Diharapkan perlindungan vaksin bisa lebih lama dari dari 11 tahun," ujar dr Joyce.
Dia melanjutkan, karena vaksin Herpes Zoster generasi baru tidak mengandung virus yang utuh atau hidup, vaksin ini aman diberikan kepada mereka dengan kondisi immunocompromised seperti yang dialami pasien kanker, orang dengan HIV/AIDS, dan mereka yang pasca menjalani transplantasi organ. Dengan syarat, vaksin diberikan saat pasien dalam kondisi sehat atau stabil.
Namun karena bukan merupakan vaksin hidup, maka vaksin harus diberikan dalam dua dosis (dalam dua kali pemberian), dengan jarak antar dosis yaitu 2 – 6 bulan.
Efek proteksi vaksin akan muncul dalam waktu satu bulan setelah vaksin kedua (booster), lalu titer kekebalan tubuh akan meningkat empat kali lipat, dibandingkan bila hanya satu kali vaksin.
Pada pasien kanker, dosis pertama bisa diberikan sebelum pengobatan dimulai. "Saat baru didiagnosis, biasanya ada masa tunggu sebelum pengobatan. Inilah saat yang tepat untuk dosis pertama," ujar dr Joyce.
Dosis kedua dapat diberikan dalam kurun 2 hingga 6 bulan kemudian saat menjalani pengobatan.
"Sebelum vaksinasi, akan diperiksa dulu kondisi pasien. Bagaimana leukositnya, (Apabila) tidak ada demam, diare, dan lain-lain (serta) bila kondisinya stabil, bisa divaksinasi," kata dr Joyce.