"Misalnya terkait rumah sakit, keluhannya apa, mereka paham jadi mereka nggak kesulitan walaupun bisa menulis tapi merasa dihargai kalau menggunakan bahasa mereka," katanya.
Atikoh menceritakan pengalaman tak mengenakannya saat menghadiri sebuah acara dan berkomunikasi dengan masyarakat banyak. Di tempat yang sama juga dihadiri kaum difabel namun tidak ada penerjemahnya atau orang yang mengerti bahasa isyarat.
"Sementara teman-teman tuli yang hadir banyak sekali dan itu saya merasa bersalah sekali. Berarti saya kurang merangkul mereka dan itu jadi pembelajaran buat kita juga ketika ada acara yang banyak melibatkan teman-teman harus ada penerjemah karena saya juga ada keterbatasan," ujarnya.
Calon ibu negara ini mengaku sangat menyerap aspirasi dari kaum difabel. Dia mengatakan banyak hal-hal yang selama ini menjadi kendala dari kaum difabel.
"Kalau teman-teman difabel butuh aksesibilitas, karena enggak semua transportasi ramah disabilitas. Kalau tunanetra butuh jalan, teman-teman tuli butuh bahasa isyarat. Itu yang disampaikan dan juga tentang kesetaraan di sekolah dan dunia kerja," kata Siti Atikoh.