JAKARTA, iNews.id - Usai pandemi Covid-19, gaya hidup masyarakat mengalami perubahan. Kali ini, tidak hanya memerhatikan asupan makanan bergizi tapi juga peduli dengan investasi kesehatan.
Tidak heran jika masyarakat belakangan ini aktif untuk berinvestasi di kesehatan. Ya, kepemilikan asuransi saat ini semakin disadari sebagai kebutuhan bagi masyarakat Indonesia pasca-pandemi Covid-19.
Produk asuransi merupakan salah satu alat bagi individu dan keluarga untuk mewujudkan perencanaan finansial yang sehat di masa depan. Kendati begitu, masih sering ditemui persepsi di tengah masyarakat yang menganggap premi asuransi mahal. Persepsi itu timbul lantaran dampak yang dirasakan nasabah dari produk asuransi tidak terlihat secara langsung setelah membayarkan sejumlah uang atau harga (premi) karena risiko yang dijaminkan belum terjadi.
Padahal, asuransi merupakan salah satu pondasi utama dalam rencana keuangan yang sehat. Menunda atau bahkan mengabaikan berasuransi dapat menyebabkan kondisi finansial rentan terhadap risiko kerugian yang sebenarnya dapat diminimalkan.
Asuransi dapat mengantisipasi potensi kerugian yang kemungkinan timbul dari risiko terhadap tertanggung dapat terjadi kapan pun.
Maka, persepsi yang menganggap premi asuransi mahal sebenarnya kurang tepat. Sebab, nilai premi asuransi akan berbeda-beda antara setiap individu. Lantas, apa saja faktor dan potensi risiko yang saling berkaitan yang akan memengaruhi tinggi atau rendahnya nilai premi asuransi nasabah? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (27/1/2024).