JAKARTA, iNews.id - Rabies menjadi salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Tidak hanya mengancam kesehatan hewan, tetapi juga manusia.
Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Komite Rabies Flores Lembata, dr Asep Purnama, SpPD-FINASIM mengatakan, rabies merupakan penyakit yang mematikan jika sudah terpapar. Bahkan, angka kematiannya bisa mencapai 100 persen bila sudah muncul gejalanya.
"Kalau sudah muncul gejala rabies, maka tidak bisa ditolong, jadi angka kematian 100 persen. Tetapi sebelum muncul gejala setelah digigit hewan penular rabies yang kebanyakan anjing, bisa dilakukan upaya pencegahan sebelum digigit maupun pencegahan setelah digigit," kata dr Asep seperti dikutip dari siaran pers Kalbe, Senin (23/10/2023).
Gejala-gejala penyakit rabies sendiri di antaranya demam, badan lemas, mengalami sakit kepala berat, sakit tenggorokan, penurunan nafsu makan, insomnia, kesemutan atau mengalami rasa panas di lokasi gigitan. Lalu biasanya, sebelum meninggal, akan mulai timbul beberapa phobia seperti phobia pada air (Hydrophobia), aerofobia, dan fotofobia.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah mencuci luka, lalu pencegahannya dengan vaksinasi 100 persen. Namun, jika sudah muncul gejala karena terlambat penanganannya, maka risiko kematian bisa 100 persen.
Sayangnya, kata dia, selama ada wabah Covid-19, cakupan vaksinasi pada hewan penular rabies, khususnya anjing, menurun. Sebab, anggaran vaksinasi dialihkan ke Covid-19. Padahal, vaksinasi rabies dapat membuat manusia aman, begitu juga dengan vaksinasi pada anjing yang seharusnya divaksin 70 persen dari jumlah populasi.
"Tahun 2020 vaksinasi dan kematian akibat rabies turun karena lockdown, ada 40 orang di Indonesia meninggal karena rabies, dengan 82.434 kasus gigitan. Sebelumnya 105 kasus kematian. Tahun 2021 kita mulai bergerak lagi keluar rumah, kasus meninggal akibat rabies meningkat menjadi 62, karena anjing-anjing yang tidak divaksin mulai tertular rabies antar mereka kemudian mengiggit manusia," jelas dr Asep.