JAKARTA, iNews.id – Seorang perfeksionis biasanya sangat takut bila menerima kegagalan. Parahnya lagi, ia bisa terserang masalah depresi, gangguan kegelisahan (anxiety disorder), gangguan makan, dan dalam kasus yang sangat ekstrem, menimbulkan pemikiran bunuh diri.
Perfeksionis kerap dikaitkan dengan seseorang yang memiliki pencapaian atau prestasi tinggi. Namun rupanya, tak semua orang yang memiliki berbagai prestasi layak disebut perfeksionis.
Orang perfeksionis berbeda. Menurut studi, mereka cenderung mengejar prestasi bukan karena untuk mengejar tujuan hidup, melainkan disebabkan untuk menghindari kegagalan.
Ya, orang yang perfeksionis sangat takut bila menerima kegagalan. Hal ini tentunya berdampak bagi kesehatan mental. Pasalnya, menjadi perfeksionis selalu merasa mendapatkan tekanan sosial, tentunya hal ini dapat meningkatkan risiko terserang depresi, gangguan kegelisahan (anxiety disorder), gangguan makan, dan dalam kasus yang sangat ekstrem, menimbulkan pemikiran bunuh diri.
Apa saja tanda-tanda perfeksionis dan apa dampaknya? Berikut lima gejalanya, sebagaimana dikutip iNews.id dari Inc, Kamis (2/11/2017).
Memaksa Diri agar Sempurna
Perfeksionis cenderung memaksakan diri untuk menjadi sempurna. Peneliti perilaku perfeksionis, Dr. Paul Hewitt menggunakan contoh seorang mahasiswa yang menjadi salah satu pasiennya. Mahasiswa itu yakin bahwa dia perlu mendapatkan nilai A+ di ujian akhir dalam kelas tertentu. Jadi, sang mahasiswa belajar dengan keras dan berusaha menyukai kelasnya.
Namun, ia menjadi semakin tertekan dan bunuh diri sebelum akhir semester. "Dia memproyeksikan kegagalannya dengan menginginkan nilai A+. Dia mengatakan jika menjadi sosok yang sempurna, tidak perlu mengejar nilai itu,” kata Hewitt.
Tidak Pernah Menghargai Prestasi Sendiri
Meskipun sering mengejar kesempurnaan diri, namun orang yang memiliki kepribadian ini, sangat sulit mengapresiasi prestasinya. Misalnya, jika ia mempunyai tujuan pribadi dan berhasil meraihnya, orang perfeksionis cenderung tidak mengakui kesuksesan mereka dan merasakan senang dan puas akan hal itu. Sebagai gantinya, mereka terus mencari kekurangan terkait bagaimana mereka (atau orang lain) mencapai prestasi tersebut. Selalu ada yang salah, meski hasilnya persis seperti yang diinginkan.
Takut Dihakimi
Perfeksionis biasanya memiliki ketakutan dihakimi orang lain. Itulah sebabnya mereka berusaha keras mengejar kesempurnaan dalam pekerjaan. Tekanan sosial inilah yang menyebabkan para perfeksionis rentan mengalami stres, depresi, dan pemikiran bunuh diri.
Takut Tantangan
Perfeksionis senang berada pada apa yang mereka sudah ketahui. Jika misalnya, mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, keterampilan atau bergerak keluar dari zona nyaman, kemungkinan hal itu akan ditolaknya. Hal ini karena rasa takut mereka untuk mengatasi tantangan baru dan mengecewakan orang lain.
Tak Pernah Merasa Puas pada Hidup
Seperti dikatakan sebelumnya, orang yang perfeksionis cenderung tidak menyukai tantangan dan lebih suka berada dalam zona nyaman. Jika seseorang yang memiliki kepribadian ini berada di zona nyamannya, ia akan baik-baik saja. Tetapi bila tidak, masalah akan timbul dalam dirinya seperti meningkatnya kadar stres dan kegelisahan, depresi, ilusi bahwa semuanya tidak akan baik-baik saja, serta merasa tidak pernah puas dalam setiap capaian di hidupnya.