Saat Menstruasi Suka Nyeri Pinggul, Waspada Endometriosis dan Pencegahannya!

Syifa Fauziah
Waspada Endometriosis dan Pencegahannya! (Foto: Woman hospital)

Dokter Kanadi menambahkan, penyakit ini menyebabkan tingginya angka morbiditas, ketidakhadiran, dan biaya sosial ekonomi, juga berpengaruh pada kualitas hidup, pendidikan, tingkat kepercayaan diri dan kesuburan pada perempuan (fertilitas). Mengenali tanda-tanda endometriosis sejak dini sangat penting dalam memperlancar terapi, serta dibutuhkan komitmen tinggi dan kepatuhan untuk menjalani pengobatan endometriosis yang sangat kompleks.

“Perlu dipahami beberapa tanda dan gejala Endometriosis. Gejala utamanya adalah nyeri panggul yang dikaitkan dengan periode menstruasi. Nyeri ini akan meningkat seiring berjalannya waktu jika tidak mendapat pengobatan yang tepat. Selain itu, tanda dan gejala yang juga perlu diperhatikan seperti nyeri pelvik kronik, dispareunia dalam, keluhan intestinal siklik, dan kurang subur. Gejala dapat timbul pada 40% pasien, dan rasa nyeri bervariasi tergantung pada tempat terjadinya endometriosis,” katanya.

Nyeri yang dimaksud dalam endometriosis dapat berupa nyeri saat haid (dismenorea), nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), nyeri saat berkemih (disuria), nyeri saat buang air besar (diskezia), nyeri perut bagian bawah, serta nyeri panggul.

Dokter Kanadi menambahkan, umumnya pasien endometriosis mengeluhkan nyeri berdenyut dan menjalar hingga ke tungkai, serta nyeri pada rektum dan adanya sensasi perut yang ditarik ke bawah. Mereka yang memiliki faktor risiko seperti belum pernah melahirkan, menstruasi usia dini, menopause di usia lanjut, siklus menstruasi yang pendek yaitu maksimal 27 hari, memiliki tingkat estrogen yang tinggi, dan punya kelainan saluran produksi, perlu melakukan pemeriksaan rutin terkait Endometriosis.

"Hal ini karena mereka memiliki risiko tinggi untuk mengalami endometriosis di kemudian hari. Karena jika tidak diobati dengan tepat, perempuan akan berisiko mengalami komplikasi seperti infertilitas dan kanker ovarium,” kata dr Kanadi.

Sementara itu, Dewi Muliatin Santoso selaku Head of Medical Dept. Pharmaceuticals Bayer Indonesia mengatakan, edukasi yang tepat dan terus menerus merupakan kunci untuk mendorong kepatuhan terapi hormonal jangka panjang. "Terapi hormonal Dienogest sangat efektif bagi penderita endometriosis. Ini merupakan bentuk dari komitmen kami untuk menghadirkan obat inovatif untuk endometriosis," kata Dewi.

Menurutnya, berdasarkan konsensus HIFERI 2023, Dienogest merupakan obat inovatif yang efektif dan aman yang direkomendasikan para dokter untuk terapi endometriosis. Terapi hormonal jangka panjang terbukti efektif dalam mengelola 
gejala endometriosis, mencegah progresivitas penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup. Data menunjukkan adanya pengurangan nyeri sebesar 40 persen dalam 4 minggu pemakaian dienogest serta menunjukkan peningkatan nyatabdalam ukuran kualitas hidup spesifik (SF-36) setelah 24 minggu pengobatan.

"Penelitian pada 29 pasien yang menjalani terapi Dienogest, lebih dari 80 persen pasien yang sel endometriosisinya hilang atau minimal pada minggu ke-24 pengobatannya," tuturnya.

Editor : Vien Dimyati
Artikel Terkait
Nasional
6 jam lalu

Pesan Megawati ke Para Perempuan: Jangan Merasa Rendah Diri

Health
8 jam lalu

Manfaat Golf bagi Pria Berusia 58 Tahun, Ini Penjelasannya!

Health
2 hari lalu

Wanita Menopause Disarankan Olahraga Pilates, Ini Kata Dokter!

Nasional
2 hari lalu

Menkes Targetkan 70 Juta Orang Manfaatkan Cek Kesehatan Gratis hingga Akhir Tahun

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal