Namun, realita screen time anak masih jauh dari rekomendasi ideal tersebut. Sebagai gambaran, sebuah studi di Korea justru memperlihatkan bahwa 9,1 persen anak-anak berusia 9-12 tahun telah mengalami gangguan mata kering. Penggunaan ponsel pintar menjadi faktor pemicu.
Anak-anak yang mengalami mata kering ternyata menggunakan ponsel pintar rata-rata selama 3,18 jam per hari. Sejalan penelitian itu, studi lain di Prancis juga mendapati bahwa anak berusia 7 hingga 19 tahun menghabiskan lebih dari 3 jam per hari untuk menatap layar.
Catatan Jakarta Eye Center (JEC) di dua cabangnya selama 2022 terjadi lonjakan pasien dry eye sebesar 62 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Secara jumlah, dalam kurun empat tahun terakhir (2019-2022), JEC Dry Eye Service telah menangani lebih dari 4.000 pasien gangguan mata kering.
“Screen time yang berlebih dapat memengaruhi dinamika berkedip anak, seperti berkurangnya frekuensi dan kelengkapan berkedip. Kondisi ini dapat meningkatkan kekeringan permukaan mata yang seiring waktu berpotensi memulai siklus dry eye," ujar Dokter Mata Kering dan Lensa Kontak JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr Niluh Archi dalam webinar, Selasa (30/7/2024).
Dia menjelaskan meskipun tidak ada perbedaan mata kering berdasarkan usia, tetapi proses anamnesis pada pasien anak lebih sulit ketimbang pasien dewasa. Anak seringkali belum bisa mendeskripsikan keluhan yang dirasakan secara verbal. Ini yang menjadi tantangan.