Gejala awalnya, kata dia, berupa demam berulang kurang lebih satu sampai dua kali setiap bulan. Kemudian timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa ada luka. Selain itu, gejala lainnya adalah pembesaran yang hilang timbul pada kaki, tangan, atau payudara.
"Penyakit ini bisa menimbulkan kecacatan yang menetap. Penyakit ini penting untuk dieliminasi karena kecacatan yang ditimbulkannya dapat menyebabkan penderita tidak produktif,” ucap dia.
Hingga saat ini, ada enam provinsi yang bukan daerah endemis filariasis di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, dan NTB. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, sebanyak 236 kabupaten/kota yang tersebar di 28 provinsi masih merupakan daerah endemis filariasis.
Sampai dengan 2018, dilaporkan ada 12.677 kasus klinis kronis yang tersebar di 34 provinsi. Namun, perkembangan jumlah kasus kronis penyakit kaki gajah yang baru sudah jarang ditemui karena kegiatan pencegahan melalui Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM).
Untuk mengatasi masalah filariasis, Kemenkes telah mengeluarkan Permenkes nomor 94 tahu 2014 tentang penanggulangan filariasis. Strateginya dilakukan dengan POPM untuk memutus mata rantai penularan filariasis. POPM diberikan sekali setahun selama lima tahun berturut-turut. Jenis obat yang dipakai adalah Diethylcarbamazine Citrate (DEC) dan Albendazole.