"Makanya saya ceritakan bahwa Aisyah itu pipinya merah, kemudian mesranya dengan (Rasulullah SAW) karena begitulah bahasa millennial," katanya.
Namun, bahasa itu dianggap tidak sopan oleh orang tua. Sebab, bahasa itu dinilai tidak cocok.
"Bahasa yang saya pilih sebenarnya untuk keponakan saya yang milenial, yang usianya masih muda. Tapi orang tua menilai bahasa itu tak cocok. Kedua-duanya sayang makanya saya pilih bahasa milennial. Saking sayangnya saya tak ingin keponakan saya melupakan neneknya. Tetapi abang ibu saya juga sayang kepada adiknya. Dia tak ingin kami menjadi anak yang kurang ajar. Sehingga menyifati suatu sifat yang tidak layak tentang ibu kamu," kata Abdul Somad.
Karena itu, pilihlah kata-kata yang tepat. Dia pun bersyukur karena sudah ada perbaikan kata-kata yang indah dengan menambah kata sayyidah atau Siti Aisyah.
“Alhamdulillah, sekarang sudah ada perbaikan syair. Saya yakin dan percaya kritik-kritik itu tidak menjatuhkan, tapi membangun yang lebih baik,” katanya.
Ustaz Abdul Somad juga meminta kepada seluruh insan seni untuk terus berkarya dan mengenalkan keluarga Rasulullah SAW kepada masyarakat dunia lewat karya-karyanya dengan bahasa yang indah.
“Teruslah berkarya dengan bahasa yang lebih indah. Kenalkan Siti Fatimah, Umar, Hasan dan Husain, atau Ali bin Abi Thalib. Karena kalau tidak kita kenalkan, akan hilang dari anak cucu kita,” katanya.