Menurut Yogie, tema lagu ini cocok dengan kondisi yang masih ada di masyarakat sekarang, khususnya masyarakat Minang. Dia mengungkapkan di zaman modern seperti ini, cinta terhalang restu itu masih ada di mana saja. Jadi, masih relate dengan kejadian yang ada di tengah-tengah kita.
“Di sebagian daerah, terutama Minang, masih ada orangtua yang tidak merestui hubungan anaknya karena perbedaan daerah, suku, budaya, dan stereotip yang berkembang. Aku rasa,
lagu dengan tema “cinta yang terhalang restu” jarang diangkat, seperti kebanyakan lagu cinta galau lainnya.” Ujar Teuku.
Rupanya, keinginan untuk merilis single dengan mengusung genre pop minang sudah dipendam Yogie cukup lama. Karena itu, saat tim Sony Music Entertainment mengajukan konsep ini, tanpa pikir panjang, penyuka musik pop, jazz, dan melayu ini pun langsung mengiyakan.
“Sebagai putra Minang, tentu senang saat diajak membuat lagu yang mengedepankan unsur Minang. Pasar Sumatera Barat sudah tentu jadi sasaran perilisannyan nanti, tapi saya juga ingin bisa memperkenalkan lagu berbahasa daerah ke skala nasional, seperti lagu-lagu dari teman-teman penyanyi Indonesia Timur dan Jawa yang berhasil punya tempat tersendiri di telinga para pencinta musik.” Kata Yogie.