Karena itu, bukan perkara mudah jika Alquran yang memuat hukum, larangan, perintah dan tuntunan yang begitu kompleks diturunkan sekaligus. Para sahabat pun mempelajari dan menghafal Alquran ayat demi ayat dan surat per surat.
3. Menunjukan eksistensi kemukjizatan Al-Qur’an
Nabi Muhammad SAW diutus di zaman orang-orang yang ahli dalam hal kefasihan berbahasa, ahli dalam hal berparamasastra, dan ahli dalam bersyair secara alami. Maka Nabi SAW datang kepada mereka dengan membawa Al-Qur'an yang seandainya berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan hal yang semisal atau sepuluh surat yang semisal atau sebuah surat yang semisal dengannya, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya, sekalipun sebagian dari mereka membantu sebagian yang lainnya.
Allah SWT berfiriman:
{وَإِنَّهُ لَتَنزيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (192) نزلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195) }
Dan sesungguhnya Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy-Syuara: 192-195)
4. Relevan dengan Konteks Kehidupan
Hikmah nuzulul quran secara berangsur-angsur selanjutnya yakni untuk mengiringi setiap peristiwa yang terjadi saat itu. Jika kejadian itu sebuah kebenaran, Al Quran turun menguatkan dan meneguhkannya. Sebaliknya, jika ada kesalahan, Al Quran yang meluruskannya.