Melihat hal itu, beberapa para ulama sepakat jika mencicipi makanan tidak membatalkan puasa. Hukumnya pun juga diperbolehkan atau jika memang diperlukan.
Diperbolehkannya mencicipi makanan di saat puasa merujuk kepada pendapat Imam Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu yang dikutip Syekh Badruddin al-'Aini dalam suatu karyanya. Bahwasanya beliau berkata:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: لاَ بَأْسَ أَنْ يَذُوقَ الْخَلَّ، أَوِ الشَّيْءَ مَا لَمْ يَدْخُلْ حَلْقَهُ وَهُوَ صَائِمٌ
Artinya, “Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Tidak masalah apabila seseorang mencicipi cuka atau sesuatu, selama tidak masuk pada kerongkongan, dan ia dalam keadaan berpuasa.” (Al-Aini, Umdatul Qari Syarh Shahihil Bukhari, [Beirut, Darul Ihya At-Turats], juz XVI, halaman 379).
Berbeda dengan pendapat tersebut, salah satu ulama Syekh Sulaiman As-Syafi'i Al-Makki. Ia berpendapat jika mencicipi makanan di kala berpuasa adalah suatu hal yang makruh.