JAKARTA, iNews.id- Bagaimana cara berdakwah Nabi Muhammad SAW? Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW menjadi teladan utama dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran agama.
Metode dan strategi dakwah beliau telah menginspirasi jutaan umat Muslim hingga saat ini. Berdasarkan perjalanan hidup dan sunnah beliau, terdapat banyak pelajaran berharga tentang bagaimana cara berdakwah yang efektif dan mempengaruhi hati manusia.
Dilansir dari MUI laman resmi MUI, inilah pertanyaan mengenai cara berdakwah Nabi Muhammad SAW
Makna dari kata "dakwah" berasal dari akar kata "da’a-yad’u-da’wah" yang mengartikan mengajak atau menyeru. Dalam pengertian umum, dakwah merujuk pada upaya mengajak orang untuk memahami, mempercayai (mengimani), dan mengamalkan ajaran Islam, serta mengajak menuju kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Dalam berdakwah, Nabi Muhammad SAW memberikan contoh yang sangat ideal untuk ditiru. Beliau terkenal dengan sikap yang lembut dalam menyebarkan dakwah, namun tetap tegas dalam prinsip-prinsip agama.
Metode dakwah seperti ini digunakan terutama pada saat awal penyebaran Islam di kalangan suku Quraisy.
Metode dakwah yang lembut ini diharapkan dapat menghindari timbulnya permusuhan terhadap mereka yang diajak berdakwah. Kelembutan dalam berdakwah sangat penting karena manusia secara umum tidak menyukai dan menginginkan kekerasan.
Prinsip ini sesuai dengan petunjuk dalam Al-Quran yang menyatakan:
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS Thaha 44)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (QS Ali Imran 159).
Namun, perlu diperhatikan bahwa meskipun dakwah sebaiknya disampaikan dengan tutur bahasa yang lembut dan halus, ada situasi tertentu yang memerlukan seorang dai untuk mengambil sikap yang tegas. Menurut Imam Al-'Izz bin Abdus Salam dalam Kitab Syajaratul Ma'arif Tangga Menuju Ihsan, (2008, Pustaka Al Kautsar), sikap lemah lembut memiliki tempatnya sendiri, begitu pula sikap yang keras memiliki tempat yang sesuai, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada.
Dalam konteks ini, Imam Al-'Izz bin Abdus Salam mengambil contoh kisah Nabi Musa yang berdakwah kepada Fir'aun. Pada awal-awal dakwahnya, Nabi Musa menggunakan kata-kata yang lemah lembut dalam berbicara kepada Fir'aun. Allah berfirman:
فَقُلْ هَلْ لَّكَ اِلٰٓى اَنْ تَزَكّٰىۙ
"Katakanlah (kepada Fir'aun), 'Apakah kamu ingin membersihkan dirimu (dari kesesatan)?'" (QS. An-Naziat: 18)
Namun, ketika Fir'aun tetap mempertahankan pendapatnya sendiri, meskipun sebenarnya dia tahu bahwa dia salah, maka Musa mengatakan kepada Fir'aun:
"Maka Musa menjawab, 'Sungguh, engkau telah mengetahui bahwa tidak ada yang menurunkan hal-hal ini kecuali Tuhan langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata, dan sesungguhnya aku benar-benar menganggap engkau akan mengalami kehancuran, wahai Fir'aun.'" (QS. Al-Isra': 102)
Pada saat itu, Nabi Musa tidak lagi menggunakan kata-kata yang lembut seperti pada pertemuan pertama mereka. Tutur kata Nabi Musa berubah menjadi ancaman terhadap Fir'aun tentang azab dari Allah SWT dan kebinasaan yang akan menimpanya jika dia tetap mempertahankan pendiriannya dan enggan bertaubat.
Meskipun demikian, para da'i dapat mengambil contoh dari metode berdakwah yang dilakukan oleh para Nabi. Metode atau ajakan yang dilakukan oleh para Nabi biasanya memiliki variasi yang beragam.
Metode dakwah ini dapat dikelompokkan menjadi enam bentuk yang dapat dijadikan teladan bagi para da'i, antara lain:
Dakwah yang dilakukan secara personal kepada satu orang atau beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas.
Dakwah yang disampaikan kepada khalayak banyak melalui media lisan, seperti melalui khutbah atau pidato.
Dakwah yang menggunakan komunikasi langsung antara pelaku dakwah dan objek dakwah, seperti ceramah atau komunikasi langsung.
Dakwah yang lebih menekankan pada tindakan nyata dan konkret sebagai bentuk penyampaian pesan dakwah.
Dakwah melalui tulisan, seperti penerbitan kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang berisi pesan dakwah.