Penamaan Nabi SAW dengan nama Muhammad dan orang-orang di sekitarnya adalah sudah disetting sedemikian rupa oleh Allah Swt. Beliau bernama Muhammad artinya yang terpuji. Ibunya bernama Aminah artinya yang memberi rasa aman, bapaknya Abdullah artinya seorang pengabdi, kakeknya walau terkenal dengan nama Abdul Muthalib, tetapi sebenarnya bernama Syaibah artinya Orang tua yang bijaksana, bidan yang membantu persalinan Nabi bernama asy-Syaffa’ (yang sehat dan sempurna). Yang menyusui Nabi SAW adalah Halimah, berarti seorang wanita yang lapang dadanya.
Kesempurnaan dan keutamaan juga tercover jelas pada keteladanannya berakhlakul karimah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran surat ayat QS. Al-Ahzaab: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”
Ayat ini ditujukan kepada seluruh manusia. Ayah, suami, anak, negarawan, pemimpin masyarakat atau militer, semuanya dapat menimba keteladanan dari sumber yang tidak pernah kering. Itu berarti bahwa semua orang dapat menemukan pada diri Nabi Muhammad saw keteladanan yang dapat mengantar kita memperoleh rahmat Ilahi serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jamaah Jumat Rohimakumullah
Keteladanan Nabi SAW tercermin pada segala aspek, baik sikap, tutur kata, perbuatan, kebijakan, dakwah, dan semua aspek kehidupan lainnya. Berikut ini 10 gambaran Akhlak Rasulullah SAW.
1. Jika berbicara santun, jelas didengar, tiada yang tak bermanfaat. Pilihan kata-katanya sangat tepat. Lantaran ini, bahkan beliau dianugerahi al-Kalim yakni kemampuan menyusun kalimat sarat makna. Beliau juga tidak pernah berkata keji atau kotor
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشَاوَلاَ مُتَفَحِّشَا
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan orang yang perkataannya keji ataupun orang yang berusaha berkata keji”
Nabi SAW juga begitu lembut dan bersahabat, lapang dada serta terbuka, sehingga rela mengulang-ulang kata-katanya supaya orang lain mengerti. Seperti hadits yang diriwayatkan melalui Anas bin Malik r.a., “Rasulullah sering mengulang perkataannya sampai tiga kali supaya dimengerti dan dipahami.” (HR. Bukhari)
2. Tertawanya Nabi SAW umumnya hanya senyum. Kalaupun melebihi senyum, itu tidak sampai terbahak. Paling-paling antara gigi taring dan gerahamnya saja yang terlihat.
”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari kitab al-Aadab bab at-Tabassum wadh Dhahik (no. 6092), al-Fat-h (X/617)).
3. Tangis dan keprihatinannya lebih banyak daripada tertawanya. Ketika putranya Ibrahim wafat, beliau menangis. Air mata berlinang, hati duka, tetapi kita tidak berucap kecuali yang diridhai Allah.
4. Cara Rasulullah SAW berjalan dalam mengayunkan kedua kakinya. Nabi SAW memiliki langkah yang mantap, postur yang tegap, kuat, layaknya orang yang berjalan menuruni perbukitan dari arah ketinggian.
5. Kemurahan dan kerendahan hati Nabi saw sangat menonjol. Rasulullah SAW tidak menggunakan atau menerima sedikit pun sedekah, tetapi menerima hadiah dan menganjurkan untuk saling bertukar hadiah.