JAKARTA, iNews.id - Beredar video sejumlah santri salah satu pondok pesantren menutup telinga begitu mendengar suara musik saat mengikuti vaksinasi Covid-19 beredar di media sosial. Kejadian itu pun sontak menghebohkan warganet hingga ada yang melabeli dengan aliran keras.
Namun, aksi para santri yang menutup telinga begitu mendengar musik itu mendapat pembelaan dari sejumlah ulama. Mereka menilai wajar hal itu dilakukan karena para santri tahfidz itu terganggu dan takut lupa dengan hafalan Al quran.
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center, KH Ma'ruf Khozin mengaku pernah mengalami kejadian hafalan beberapa surat Al Qurannya berantakan saat melewati sebuah tempat yang menyetel suara musik keras.
"Nah, saya pernah mentakrar hafalan Qur'an saya bersamaan melewati sebuah tempat yang sedang disetel musik begitu kencang, seketika hafalan saya seperti berhamburan dan tidak bisa konsentrasi. Terhenti sudah bacaan saya. Setelah menemukan tempat yang sunyi saya coba mengulangi bacaan saya ternyata dapat mengingat-ingat kembali," kata kiai muda NU ini dikutip iNews.id dari akun resmi Facebooknya, Kamis (16/9/2021).
Dia mengatakan, soal musik, memang ulama berbeda pendapat. Sebagian membolehkan dan sebagian lagi melarangnya dengan beragam pertimbangan.
"Saya sampaikan berkali-kali ada ulama yang mengharamkan secara mutlak. Ada pula ulama yang membolehkan selama musik tersebut tidak melalaikan dari kewajiban ibadah dan tidak identik dengan para pezina dan pemabuk. Saya ikut ulama yang kedua ini," ujarnya.
Kiai Ma'ruf Khozin pun mengaku menyukai dan mendengarkan musik di kala sedang tidak menghafal Al Quran.
"Jadi ketika ada salawat yang diiringi tabuhan rebana, kasidah Arab berbalut suara biola, lagu-lagu dangdut lawas, nyanyian syahdu dari Negeri Jiran Malaysia, juga nyanyian India saya mendengarkan, dan saya tahu tempat untuk tidak mentakrar hafalan Qur'an pada kondisi seperti ini," ujarnya.